Saturday, September 9, 2017

MENAKJUBKAN.....

pelangiqqasia.com
 Jakarta -
Kerumunan pagi hari pengunjung Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN) seketika pecah. Tiba-tiba saja di depan ratusan orang yang menunggu di depan loket tiket, seseorang bersuara.

Disambut yang berada di ujung sana, kembali lagi disahut dengan orang lain lagi, begitu seterusnya sampai 15 menit. Mereka yang bersuara membentuk kata 'In Harmonia Progressio' secara seriosa dan berulang.

Pertunjukan dari Duto Hardono pukul 09.00 pagi menjadi pembuka dari first sight di Museum MACAN pada Sabtu (9/9). Museum yang mengkhususkan pada seni modern dan kontemporer pertama di Indonesia itu membuat pandangan pertama edisi ke-2 untuk publik. Ratusan orang memadati lantai 5 dari Wisma AKR, kawasan Jalan Panjang Nomor 5, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Di sisi lain, terdapat performans dari Xu Zhen asal Tiongkok. 'In the Blink of an Eye' menampilkan seseorang yang mematung, seperti gerakan melawan waktu dan gravitasi. Pakaian yang dipakai merupakan seragam para pekerja kasar di Tiongkok. Performans berlangsung sampai Museum MACAN tutup hari itu.

Di ruang lain, Arahmaiani muncul dengan 'Handle without Care'. Performance artist asal Bandung ini berpakaian khas Bali, membawa dupa, dan pentungan warna warni. Pertunjukan yang pernah dibawakan dari dekade 1990-an itu menampilkan perubahan sosial budaya akibat pergeseran ekonomi, politik, serta agama.
"Semua agama, saya hadirkan di satu performans ini karena saya berasal dari banyak akar budaya," ujar Arahmaiani diwawancarai usai pertunjukan di Museum MACAN, Sabtu (9/9).


Giliran Mella Jaarsma yang menghadirkan 'Dogwalk'. Ada 12 penampil yang mengenakan kostum kulit sapi, kambing, dan domba. Mereka berjalan saling menggiring satu sama lain menggunakan tali kekang. Karya yang lucu sekaligus absurd ini menarik perhatian pengunjung.

Tepat pukul 14.00, Justin Shoulder dari Sydney membawakan 'Carrion Episode 1' dilanjutkan dengan Herman Chong dengan 'A Short Story, Somewhere, Out There'. Di dalam ruangan tertutup, seorang partisipan dari pengunjung mendaftarkan kepada Herman Chong. Dia harus menghapal alur cerita cerpen dari yang diucapkan sang seniman.

 Direktur Museum MACAN Aaron Seeto mengatakan pandangan pertama ini sengaja dihadirkan pihak museum khusus bagi publik sebelum tanggal pembukaan pada 4 November mendatang.
"Indonesia memiliki banyak seniman performans yang bagus, handal, dan berkualitas. Banyak dari mereka pastinya sudah pernah pentas di luar negeri. Sebut saja seperti Tisna Sanjaya atau Arahmaiani yang pentas hari ini. Mengapa mereka tidak pentas di negaranya sendiri," ujar Aaron Seeto ditemui awak media.

Seni performans pun sengaja dipilihkan tim Aaron Seeto Cs agar menarik perhatian publik. "Seni performans jadi salah satu akar budaya yang lebih mudah menarik perhatian pengunjung'

Usai first sight ke-2, Museum MACAN akan buka hari ini untuk sesi diskusi 'Wilayah Performatif'. Lima seniman performans yang tampil kemarin bakal berbicara kepada publik pukul 14.00-17.00 WIB.

No comments:

Post a Comment